Mengenai Saya
RSS

Survey Now

Citra Seorang Wanita


 CITRA SEORANG WANITA KRISTEN
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
dan sebagai syarat akademik untuk mengikuti Tentamen

OLEH : Novanta Madgalena Naipos pos

                                                                        Nama Sekolah
2010/2011

Kata Pengantar
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Solafide Class, suadara kamar, perpustakaan I-3 yang sudah membentu proses penulisan makalah ini.
Akhirnya dengan segala keterbatasan, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis sadar akan kelemahan dan keterbatasan dalam penulisan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam pembaharuan makalah ini. Dengan segala keterbukaan, penulis menerima kritik dan saran untuk perbaikan serta kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.


Batu,  November 2010
Penulis,


Novanta Magdalena Naipos pos



Daftar Isi
Buat Sesuai Dengan halaman yang ada
 BAB I
PENDAHULUAN
Banyak wanita yang merasa minder, tidak percaya diri, tidak bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan, seperti wajah dan rambutnya sehingga selalu berusaha merubah keadaan yang telah Tuhan ciptakan. Banyak juga yang melakukan program diet untuk mengurangi dan bahkan mengubah bentuk tubuh. Hampir semua wanita sibuk dengan keadaan fisiknya. Karena, wanita selalu merasa menjadi pusat perhatian semua orang.
Namun, ternyata wanita diperhatikan bukan hanya keadaan atau bentuk fisiknya saja. Ada bagian yang paling penting dan mampu mempengaruhi wanita secara menyeluruh, yang biasa disebut kecantikan dari dalam diri (Inerbeaty).
Wanita itu unik dan adalah sempurna. Wanita merupakan istana bagi keluarga dan sosok yang mempunyai peran penting dalam keluarga. Wanita mampu iuntuk membawa rasa aman serta dapat mengambil solusi yang lebih tepat teradap suatu masalah, karena selalu menggunakan hati dan perasaan. Itulah aspek yang harus dimiliki seorang wanita yang menjadi wanita idaman.
Bukan hanya manusia yang memberi pandangan terhadap seorang wanita. Namun, Alkitab juga memberi pandangan terhadap seorang wanita. Ada banyak penjelasan serta pengajaran bagi wanita. Itu menunjukkan bahwa, wanita itu berharga bagi manusia juga bagi Allah.
Itulah sebabnya mengapa saya memilih “wanita” sebagai topik makalah saya. Dalam satu sisi, saya seorang wanita dan saya ingin supaya wanita dapat mensyukuri apa yang ada dalam dirinya, dan bangga pada dirinya serta membantu wanita untuk menjadi wanita yang sempurna serta bahagia.
Kiranya makalah ini dapat membantu kaum wanita untuk dapat menjadi sosok yang benar-benar berharga diantara masyarakat terlebih dihadapan Tuhan. Makalah ini akan menjelaskan tentang pandangan Alkitab terhadap wanita dan mengenai cara untuk menjadi wanita bahagia. Dan wanita diajarkan untuk mampu memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam dirinya.

BAB II
                                            PEMBAHASAN          
2.1 Pengaruh Perkembangan Zaman Terhadap Wanita
Dengan semakin berkembangnya tekhnologi, maka kedudukan wanita juga ikut berubah, tentang hakekat dan kedudukan wanita dalam lingkungan sekitar.
Dibawah ini merupakan pengaruh perkembangan zaman terhadap wanita :
Dalam pengertian tradisional [1]
§  Tempat Wanita : Di dalam rumah tangga hanya sebagai istri yang tergantung dan harus tunduk terhadap suami. Dan sebagai ibu rumah tangga yang harus mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Jumlah anak yang umumnya besar telah menghabiskan tenaganya.
§  Pendidikan Wanita : Terbatas, dianggap cukup jika ia mengerti perkara rumah tangga. Seperti : belanja, memasak, menjahit dan membesarkan anak. Pendidikan formal di sekolah dianggap tidak penting. Pengertian dunia luas terbatas juga.
Dalam pengertian modern :
§  Tempat Wanita : Ada di mana-mana. Segala macam pekerjaan, jabatan, posisi terbuka baginya, di samping tugasnya sebagai ibu rumah tangga bahaya untuk untuk diremehkan. Memang, keluarga berencana dengan jumlah anak yang terbatas, tidak lagi menghabiskan tenaga wanita.
§  Pendidikan Wanita : Semua sekolah terbuka baginya, jika mampu ia bisa mencapai banyak gelar.

2.2 Wanita Secara Fisik
Menjadi wanita merupakan hak istimewa, sekaligus hal yang paling rumit. Karena seorang wanita harus berpenampilan menarik. Itulah yang menyebabkan wanita terlalu sibuk, di samping mengurus diri harus berdandan, serta menjaga berat badan.
Sesungguhnya wanita memiliki tubuh yang sangat rumit dan fantastis. Setiap sel yang terdapat dalam tubuh mempunyai lingkaran kehidupan yang membawa masuk makan dan zan asam serta mengeluarka sisa-sisa. Pemeliharaannya adalah tanggung jawab wanita. Jika, kita sebagai wanita lalai dalam pemeliharaan maka akan terjadi perubahan dalam tubuh.
Sementara membangun dan menjada kesehatan tubuh, haruslah juga memperindah wajah.Karena wajah wanita adalah sesuatu yang pertamakali dipandang dari wanita.
Untuk mendapatkan keadaan fisik yang menawan dan cantik bukanlah hal yang mudah untuk mendapatkan kulit yang bagus, mata yang bersinar, gigi yang putih dan langkah-langkah yang indah, seorang wanita haruslah tidur cukup selama delapan jam, makan teratur mandi setiap hari dan teratur sikat gigi. Jika hal-hal tersebut dapat wanita lakukan maka kita akan mendapatkan keadaan fisik yang cantik dan menawan.
Wanita mampu mengatur bentuk tubuh, maka hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah cara berias dan berpakaian. Semua wanita dihaapkan mampu untuk merias wajahnya. Namun, dalam merias wajah janganlah berlebihan, seorang wanita mampu mencocokkan antara rias dan warna yang kita gunakan pada wajah dengan umur kita.
Pakaian merupakan bagian yang medukung keberadaan wanita. Bagi wanita pakaian digunakan sebagai alat untuk mempercantik diri jika pakaian yang dipakai serasi baik dalam warna maupun keserasian model dengan tubuh. Wanita gemuk akan lebih gemuk jika memakai baju kembang besar [2], rok berliku-liku serta pakaian yang lebar. Cara menipu pemandangan tersebut dengan mengenakan baju bergaris bujur bujur dan potongan yang lurus. Tetapi orang kurus janganlah memakai baju semacam itu sebab ia akan keliahatan lebih kurus [3].
2.3 Wanita Istana bagi Keluarga
            Istana selalu identik dengan kemewahan dan kemegahan. Namun, kita tidak membicarakan hal tersebut. Pada dasarnya wanita suka dengan keindahan , itulah sebabnya dikatakan sebagai istana bagi keluarganya.. Karena, wanita mampu mengubah rumah yang kecil , sederhana manjadi rumah yang indah, nyaman, aman serta bahagia. Dengan peralatan yang seadanya semuanya dapat diatur sehingga menimbulkan suasana bagaikan berada di istana. Setelah keadaan rumah ditata sebaik mungkin, hal yang mampu menciptakan istana bagi keluarganya yaitu keramahan dan yang harus memulai hal tersebut terlebih dahulu adalah seorang wanita. Wanita harus mampu menciptakan keramahan dalam keluarga harus mampu mengatasi ketegangan [4] pikiran dan perasaan sendiri dan senantiasa senyum serta mencerminkan ketegangan dalam diri. Wanita juga dikenal dengan seoorang yang selalu hati serta perasaan. Karena wanita mampu untuk mengambil  kesimpulan atau solusi dari masalah yang ada dan wanita mampu berpikir dengan kepala dingin. Sehingga wanita lebih efektif dalam mengambil keputusan.
2.4 Pandangan Alkitab Terhadap  Wanita
            Masyarakat pada umumnya menilai wanita hanya dengan kecantikan secara fisik atau apa yang kelihatan. Namun, sebaliknya pandangan Alkitab pada wanita jauh lebih menyeluruh serta utuh. Jelas bahwa Allah menciptakan wanita baik adanya dan dengan cara yang unik Allah menciptakan wanita karena laki-laki  (1 Korintus11:9). Bahkan Tuhan sendiri melihat bahwa apa yang diciptakannya “ Sungguh amat baik “ (Kejadian1:31).
            Namun, sangat disayangkan manusia telah jatuh ke dalam dosa, sehingga citra wanita sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan menjadi rusak. Akibatnya manusia memusatkan perhatian kepada kecantikan lahiriah, mencemarkan dan menyelahgunakan demi tujuan menguntungkan diri sendiri.
Bagaimanapun juga citra wanita menurut pandangan Tuhan ini selalu berlangsung. Pria dan wanita yang ingin dan berusaha melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupan serta meneruskan dan memahami bagaimana pandangan Tuhan kepada mereka.
Dalam Perjanjian Baru secara khusus menekankan cirri-ciri yang unik untuk mengukur tingkat kedewasaan seorang wanita Kristen,
1 Timotius 3:11 “ Demikian pula istri-istri hendaklah :
o   orang terhormat,
o    jengan pemfitnah,
o   Hendaklah dapat menahan diri
o   Dapat dipercayai dalam segala hal
Sama halnya dengan Titus 2:3-5 dalam ayat tersbut juga dijelaskan hal yang sama dengan ayat yang ada pada ayat diatas.
Masing-masing bagian di atas mencerminkan kualitas kecantikan dari dalam. Sifat-sifat seperti itulah yang diinginkan semua orang (khususnya para pria) dalam diri seorang wanita. Sungguh tanpa sifat tersebut kecantikan lahiriah hanyalah sementara. Apa yang dianggap orang-orang tertentu sebagai kekurangan lahiriah akan dapat tertutup oleh sifat-sifat yang baik yang dimiliki oleh wanita tersebut.
a.       Memperbaiki Kepribadian Anda
Ada sebuah ilustrasi
Ada seorang wanita, ia mempunyai sifat-sifat kasar, pemarah, dan selalu memikirkan hal-hal yang negatif. Suatu hari wanita itu mengikuti kursus ’pengembangan pribadi’ dan disuruh mencantumkan sifat-sifat kepribadiannya, namun wanita tersebut tidak mengetahui apa yang menjadi sifat-sifat kepribadiannya. Dan ia datang kesana hanya untuk mengubah bentuk wajahnya agar menjadi lebih baik, sehingga pemilik kursus tersebut menganggap wanita tersebut gila.
Jangan sampai kita seorang wanita tidak mengetahui bagaimana sifat-sifat kita atau kepribadian kita. Kita harus peka terhadap semua itu, untuk mengetahui sifat-sifat kepribadian kita, haruslah jujur dari dalam hati kita tentang diri kita.
Dan sudah seharusnya kita sebagai seorang wanita kristen yang dewasa harus mampu mengubah sifat-sifat buruk kita dengan memohon pertolongan dari Roh Kudus serta berusaha semaksimal mungkin dalam memperbaikinya. Dan suatu saat kita akan melihat ada perbahan yang terjadi dalam diri kita.
b.      Wanita Kristen dalam Memilih pasangan hidup
Seorang wanita pastilah mempunyai keinginan yang besar untuk menikah.Wanita diberi kehendak bebas untuk memilih pria yang akan menjadi suaminya kelak. Oleh sebab itu, dalam memilih haruslah memilih pria dengan baik dan disertai dengan doa. Tidak pernah ada kata terlalu mudah untuk memutuskan sifat-sifat yang diingini dari seorang suami. Hendaklah wanita kisten, dalam memilih pasangan hidupnya adalah seorang yang telah menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
c.       Kedewasaan Rohani
Sebagai wanita Kristen, sesibuk apapun kita dalam kehidupan kita haruslah kita tetap menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Kita harus menyediakan waktu untuk memikirkan tentang kebaikan Allah kepada kita. Karena, Ia sudah memberikan yang terbaik, memberi nafas hidup, memberi kekuatan baru. Itulah sebabnya kita harus senantiasa menjaga hubungan dengan Tuhan. Agar iman kita tetap tumbuh dan semakin bertumbuh dalam Tuhan dan sebagai ucapan syukur dan bukti bahwa kita sangat bergantung pada Tuhan.

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan

Sebagai wanita, haruslah kita menjadi wanita yang sempurna, karena wanita sangat berharga bagi semua orang, dalam keluarga dalam masyarakat terlebih lagi wanita juga berharga dimata Tuhan.

Sebagai wanita haruslah kita mampu membawa damai dan memberi suasana tenang bagi lingkungan sekitar. Adalah lebih baik sebagai wanita, kita juga dapat mengerti perasaan serta suasana disekitar kita.

Sebagai wanita haruslah kita menjadi wanita idaman, sempurna dan menjadi wanita kristen yang dipimpin Roh kudus. Dan sebagai wanita Kristen hendaklah kita mencerminkan citra wanita Kristen yang sesuai dengan Firman Tuhan.

Daftar Pustaka
Scheunemann, Gerlinde,
1985, Apa kata Alkitab tentang : Citra Seorang Wanita, (Batu:Departemen Literatur YPPII).
            Arsuatmadjo, S. Soedibio,
                                    1970, Wanita dan Rumah tangga, (Jakarta : BPK Gunung Mulia)
            Getz, A. Gene,
                        1994, Wanita Bahagia (Bandung : Kalam Hidup)
            Lahaye, Beverly,
                        1976, Wanita Bahagia (Bandung : Kalam Hidup)
            Hafley, Marti,
                        Gadis Idaman (Bandung: Kalam Hidup)

[1]               Scheunemann Gerlinde, “ Apa kata Alkitab tentang : Citra seorang wanita”.1985, Halaman 1
[2]               Arsoatmadjo S.Soedibio, “ Wanita dan Rumah tangga “. 1970. Halaman15
[3]               Getz A.Gene, “ Citra Wanita Kristen “.1994. Halaman 1
[4]               Ebid, “Citra Wanita Kristen “

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cara Pembuatan Karya Tulis

Banyak orang merasa bahwa menulis itu sangat menbosankan.Sebab mereka merasa bahwa menulis itu merupakan pekerjaan yang sia-sia .Akan tetapi mulai sekarang mari kita hilangkan perasaan itu sebab saya memiliki banyak cara untuk membuat anda tertarik akan menulis.
Dalam hal tersebut saya akan membahas khusus dalam pembuatan karya tulis.
Kadang kala kita sering bingung bagai mana cara menulis sebuah karya tulis.Hal tersebutlah yang membuat kita jadi malas untuk menulis.Akan,tatapi mulai sekarang anda tidakusah khawatir sebab saya akan memberi tahukan kepada anda bagaimana cara penulisan sebuah karya tulis yang baik dan benar.klik Contoh karya tulis

1. Anda harus menentukan tema.
Maksudnya adalah sebelum seorang itu membuat sebuah karya tulis ia harus menentukan pa tema yang baik untuk ia buat.
Sebaiknya tema yang anda buat harus manarik,unik,dan dapat dipahami oleh orangyang membacanya.

2. Cara pembuatan halaman judul
Pembuatan halaman judul haruslah mengikuti aturan.
Yaitu sebagai berikut :
- Judul harus ditulis dengan huruf kapital semua.Namun dapat pula ditulis hanya huruf depan pada kalimat saja( kecuali kata kunjungsi).
Apa bila judul karya tulis anda terlalu panjang anda harus menulisnya seperti piramida terbalik.
contoh :
UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA
DI INDONESIA
- Setalah penulisan judul sebaiknya anda menulis tujuan dari pada pembuatan karya tulis anda.
- Halaman judul sebaiknya jangan dibuat berwarna,agar lebih baik dibuat hitam putuh saja.
3. Halaman pengesahan
Pada halaman ini anda harus mengisikan siapa saja orang yang akan mengesahkan karya tulis yang akan anda tulis nantinya.(Lihat contoh....)

4. Kata pengantar
Hal yang harus anda isikan pada kata pengantar adalah seperti berikut
Ucapan syukur kepa Tuhan Yang Maha Esa kaena telah berhasil menyelesaikan karya tulis tersebut.
-Gambaran singkat tentang tujuan dari penulisan karya tulis tersebut.
-Ucapan terimakasih terhadap orang-orang yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis tersebut.
-Permohonan kepada para pembaca agar bersedia memberikan kritikan,saran,dan pendapat demi untuk perbaikan dari pada karya tulis tersebut.
-Tanggal pembuatan karya tulis tersebu.(Biasanya terletak pada bagian paling bawah kanan dandiukuti oleh tandatangan penulis dibawahnya)lihat contoh.

5. Daftar Isi
Daftar isi biasanya ditulis setelah pembuatan karya tulis selesai dibuat oleh penulis.

6. Pendahuluan
Hal-hal yang harus di isi pada bagian ini adalah sebagai berikut,yaitu:

1.BAB I

1.1 Latar Belakang
Pada latar belakang yang perlu kita tulis adalah hal-hal yang melatar belakangi penulis untuk membuat karya tulis tersebut.Biasanya hal yang pertama dibahas dalam latar belakang adalah hal yang bersifat universal setelah itu hal yang khusus mengenai apa nantinya yang akan kita bahas.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah biasanya berbentuk pertanyaan,yang dimana pertanyaan tersebut yang nantinya akan kita bahas pada pokok pembahasan nantinya.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi untuk apa penulisan karya tulis tersebut dilakukan oleh penulis.



1.4 Manfaat Penelitian
Berisikan mengenai manfaat dari pada penulisan karya tulis tersebut.Manfaat tersebut bisa buat penulis bisa juga buat para pembaca.

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan
Manfaat dari pembatasan masalah ini agar pembahasan yang akan dibahas oleh penulis dapat dibatas.Agar nantinya pembahasannya tidak mengambang atau lari dari topik.

1.6 Ruang Sampel/Populasi
Ruang sampel /populasi merupakan seberapa banyak sampel yang akan kita teliti untuk bahan dalam penelitian kita.

2. BAB II
Pada bab ini berisikan akan hal-hal sebagai berikut,yaitu :

2.1 Landasan teori
Pada bagian ini seorang penulis harus membuat apa landasan yang ia gunakan untuk membuat suatu karya tulis tersebut.

2.2 Cara pengambilan data
Dalam hal ini apa cara /metode yang kita gunakan untuk mengumpulkan data tersebut.Metode yang digunakan biasanya metode pengamatan,wawancara,dll.

2.3 Pengelompokan data
Hal tersebut dilakukan untuk mengelompokkan data yang akan kita bahas nantinya pada bab pembahasan.

3. BAB III
Pada bab ini seorang akan membahas secara menyeluruh mengenai bahan apa yang akan penulis bahas.Yang kita bahas adalah mengenai apa yang telah kita tentukan pada rumusan masalah pada bab pendahuluan.

BAB IV
4.1 Kesimpulan
Pada bab ini seorang penulis akan menarik sebuah /beberapa kesimpulan dari apa yang telah ia kerjakan.Kesimpulan ini bertujuan agar kita mengetahui apa isi secara keseluruhan dari apa isi karya tulis tersebut.

4.2 Saran
Dalam hal tersebut seorang penulis akan memberikan beberapa saran kepada para pembaca agar para pembaca mungkin adapat melaksanakanya.

Nah,bagaimana sungguh mudah bukan membuat karya tulis?

OK selamat mencoba
.SUKSES!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.
Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?
3. Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia.
2. Mendeskripsikan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini.
3. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
4. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
2. Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia
Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-asrama, lewat mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, melalui radio, surat kabar dan sebagainya. Bahan-bahan yang diserap melalui media itu akan berintegrasi dalam rohani para siswa/mahasiswa.
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi-bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.
B. Kualitas Pendidikan di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).
Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:
•Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
•Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender.
•Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
•Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
•Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
•Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini dianggarkan Rp 44 triliun.
•Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.
•Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan.
C. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.
3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006).
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.



6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

7. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000-Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Dari APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.
Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.
Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.
Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.
D. Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.
Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.
B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

METAMAFOSIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelas Amphibia mencakup sekitar 4000 spesies. Kelompok hewan ini umumnya hidup di dua tempat, yaitu air dan darats selama metamorfosisnya. Banyak jenis katak di air saat masih berupa larva. Larva katak yang disebut kecebong atau berudu ini tidak memiliki kaki namun memiliki insang dan berekor. Dalam metamorfosis selanjutnya, dua pasang kaki katak berkembang, sedangkan insang dan ekornya menghilang. Setelah kainya berkembang, katak hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.

Sebagian besar amphibian memilki ciri-ciri khusus lainnya, yaitu :

§ Berkulit licin tidak bersisik

§ Menggunakan energi lingkungannya untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga tergolong hewan eksoterm

§ Fertilisasi secar eksternal di air, genangan air, atau tempat yang lembap sperti di bawah daun

§ Menghasilkan telur (bersifat ovipar) yang tidak bercangkang.

Tidak semua amphibia hidup di dua tempat kehidupan. Beberapa jenis katak, salamander, dan ceacilia ada yang hanya hidup di air dan ada yang hidup di darat. Namun, sebagian besar amphibian hidup di dekat air dan tempat yang lembap seperti rawa dan hutan hujan tropis. Amphibian terdiri dari tiga ordo yaitu Anura, Urodela, dan Apoda.


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan berikut ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaiman sistem peredaran darah pada katak?

2. Bagimana sistem pencernaan pada katak?

3. Bagaimana sistem pernapasan pada katak?

4. Bagaiman sistem ekskresi pada katak?

5. Bagaimana sistem saraf pada katak?

6. Bagaimana sistem indera pada katak?

7. Bagaimana reproduksi pada katak?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui sistem peredaran darah pada katak

2. Mengetahui sistem pencernaan pada katak

3. Mengetahui sistem pernapasan pada katak

4. Mengetahui sistem ekskresi pada katak

5. Mengetahui sistem saraf pada katak

6. Mengetahui sistem indera pada katak

7. Mengetahui reproduksi pada katak

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil penulisan ini diharapakan mampu memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi penulis, dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran Biologi

2. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang “Katak”

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Peredaran Darah Katak

Sistem peredaran darah katak berupa system peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda. Pada system peredaran darah ganda, darah melalui jantung dua kali dalam satu kali peredaran. Pertama, darah dari jantung menuju ke paru-paru kemudian kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh.

Jantung katak terdiri dari tiga ruang, yaitu dua atrium (atrium kanan dan atrium kiri) dan sebuah ventrikel. Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang mencegah agar darah di ventrikel tidak mengalir kembali ke atrium.

Darah yang miskin oksigen dari berbagai jaringan dan organ-organ tubuh mengalir ke sinus venosus menuju atrium kanan. Darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikel, kemudian menuju ke arteri pulmonalis dan masuk ke paru-paru. Di paru-paru, karbon dioksida dilepaskan dan oksigen diikat. Dari paru-paru darah mengalir ke vena pulmonalis, kemudian menuju atrium kiri. Peredaran darah yang terjadi ini merupakan peredaran darah kecil. selanjuntnya, dari atrium kiri darah mengalir ke ventrikel. Di dalam ventrikel terjadi pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang mengandung karbon dioksida, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Dari ventrikel, darah keluar melalui traktus arteriosus (batang nadi) ke aorta yang bercabang ke kiri dan ke kanan. Masing-masing aorta ini bercabang-cabang menjadi tiga arteri pokok, yaitu arterior (karotis) mengalirkan darah ke kepala dank e otak, lengkung aorta mengalirkan darah ke jaringan internal dan alat dalam tubuh, dan arteri posterior mengalirkan darah ke kulit dan paru-paru.

Darah katak terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah mengandung air, protein, darah, dan garam-garam mineral. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Eritrosit pada katakmemiliki inti dan mengandung hemoglobin untuk mengikat oksigen. Leukosit pada katak juga memiliki inti. Selain memiliki sitem peredaran darah, katak juga memilki sistem peredaran limfe. System peredaran limfe berperdan penting dalam pengambilan cairan tubuh ke dalam peredaran darah.

2.2 Sistem Pencernaan Katak

Saluran pencernaan amphibia, contohnya katak, terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung usus, dan kloaka. Lidah pada katak digunakan untuk menangkap mangsa. Makanan dari mulut masuk ke dalam lambung melalui kerongkongan. Di dalam lambung makanan di cerna, kemudian masuk ke dalam usus. Di usus, zat makanan diserap. Sisa makanan dikeluarkan melalui kloaka. Kloaka merupakan muara tiga saluran, yaitu saluran pencernaan, saluran ekskresi, dan saluran alat kelamin.

2.3 Sistem Pernapasan Katak

Alat pernapasan pada amphibia, misalnya katak, berupa paru-paru, kulit, dan insang. Pada stadium larva (berudu), hewan ini bernapas dengan insang luar. Insang luar berupa tiga pasang lipatan kulit yang banyak mengandung pembuluh kapiler darah. Oksigen yang larut dalam air di sekeliling insang berdifusi ke dalam kapiler-kapiler darah dan berdar ke seluruh jaringan tubuh. Karbondioksida dibawa kembali oleh darah ke alat pernapasan untuk dikeluarkan dari tubuh.

Paru-paru katak berjumlah sepasang. Struktur paru-paru katak berupa kantong tipis yang elastis, dilengkapi dengan lipatan-lipatan pada permukaan dinding dalamnya yang berguna untuk memperluas permukaan. Pada permukaan dinding dalam terdapat kapiler-kapiler darah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paruke jaringan-jaringan lain dan melepas karbon dioksida ke paru-paru.

Mekanisme pernapasan katak

Pada saat katak berinspirasi atau menghirup oksigen dan berekspirasi mengeluarkan karbom dioksida, mulut katak selalu dalam keadaan tertutup. Pernapasan pada katak diatur oleh kontraksi dan relaksasi otot perut dan otot rahang bawah.

a. Inspirasi

Mula-mula tenggorokan bergerak ke bawah sehingga rongga mulut membesar. Hal ini menyebabkan udara masuk melalui lubang hidung ke rongga mulut. Kemudian lubang hidung tertutup oleh diikuti dengan berkontraksinya otot rahang bawah yang menyebabkan rongga mulut mengecil.

Dengan mengecilnya rongga mulut, udara terdorong masuk ke paru-paru. Di paru-paru, oksigen diikat oleh kapiler darah lalu diedarkan ke seluruh tubuh.

b. Ekspirasi

Fase ini diawali dengan mengendurnya otot rahang bawah dan berkontraksinya otot perut, sehingga paru-paru menegcil dan udara terdorong ke rongga mulut. Sementara itu, celah tekak menutup sehingga terjadi kontraksi rahang bawah. Akibatnya, rongga mulut mengecil sehingga mendorong udara kaya oksigen.

Pernapsan dengan kulit berlangsung pada ampbibia sewaktu di darat dan di air. Kulit katak selalu basah agar dapat berfungsi sebagai alat pernapasan. Kulit katak sangat tipis, mengandung kapiler darah dan dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar penghasil lendir di bagian dermis dan di bawah kulit.

2.4 Sistem Ekskresi Katak

Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Ginjal berwarna merah kecoklat-coklatan. Ginjal sebagai alat penyaring akan mengeluarkan zat sisa, yaitu garam-garam mineral dan cairan dari darah. Saluran ekskresi katak merupakan sepasang saluran yang akan bermuara di kloaka. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnnya menyatu, sedangkan pada katak betina tidak.

2.5 Sistem Saraf Katak

Sistem saraf amphibia terdiri dari otak. Pada amphibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan berkembang lebih baik sehingga amphibian memiliki penglihatan yang baik.

2.6 Sistem Indera Katak

Mata amphibia, misalnya katak memiliki kelopak mata. Mata katak memiliki selaput tidur (membran niktitans) yang berfungsi melindungi mata dari gesekan ketika berda di air serta menjaga mata agar tetap lembap ketika berada di darat.

2.7 Sistem Reproduksi Katak

Kelompok amphibia, misalnya katak, merupak jenis hewan ovipar. Katak betina dan katak jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak juga terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin, katak betina dan katak jantan akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemuidan katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan katak betina diselaputi oleh selaput telur atau membran vitelin. Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui saluran telur atau oviduk. Dekat opangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung telur atau uterus. Oviduk katak betina terpisah dengan ureter (saluran kemih). Oviduk berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.

Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma. Soperma yang dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke dalam saluran sperma (vas deferens). Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter (saluran kemih). Dari vas deferens sperma bermuara di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti oleh cairan kental, sehingga kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur.

Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernafas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat isap. Makanannya berupa pitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivor. Berudu awal berkembang lebih lanjut dari herbivor menjadi karnivor atau insektivor (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya, celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.

Setelah tiga bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernafas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan :

1. Katak termasuk dalam kelas amphibia

2. Sistem peredaran darah katak berupa sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda.

3. Saluran pencernaan katak terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung usus, dan kloaka.

4. Alat pernapasan pada katak berupa paru-paru, kulit, dan insang.

5. Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di kanan dan kiri tulang belakang.

6. Sistem saraf pada katak terdiri dari otak. Otak tengah lebih berkembang sehingga memiliki penglihatan yang baik.

7. Reptil memiliki indera pembau yang tajam

8. Reproduksi pada katak terjadi secara eksternal dan cara ovipar dengan perilaku ampleksus. Ovum yang telah dibuahi oleh sperma akan berkembang menjadi berudu dan mengalami metamorfosis sehingga menjadi katak dewasa.





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS