Percakapan dengan orang-orang Muslim tentang Kristus Nama dan Gelar Kristus di dalam Al-Qur'an dan Alkitab
Orang yang membaca Alkitab bisa menemukan 250 nama, gelar dan sebutan bagi Yesus di dalamnya. Bagi orang yang mempelajari Al-Qur'an, ia juga bisa menemukan 25 nama, gelar dan sebutan untuk Isa sebagai gema atas apa yang disebut di dalam Injil. Salah satu cara yang dapat menolong kita untuk mendekati Muslim adalah dengan mengisi makna dari nama Kristus di dalam Alkitab ke dalam gelar Islamnya yaitu putera Maryam, untuk menjelaskan kepada Muslim bahwa Anak Manusia adalah Anak Allah seperti
yang dijelaskan Yesus mengenai Diri-Nya sendiri. Kalau seseorang berpikir bahwa ia bisa sukses tanpa mengerti istilah-istilah di dalam Al-Qur'an maka bahayanya adalah ia akan berbicara kepada orang Muslim dengan kata-kata yang sangat asing bagi mereka. Isa atau Yesus? Isa, nama Islam untuk Yesus, muncul 25 kali di dalam Al-Qur'an. Namun, Isa bukanlah Yesus, karena Dia dilucuti dari semua keilahian-Nya di dalam kitab Muslim. Dia tidak mati di atas kayu Salib menurut Al-Qur'an. Tidak ada yang bisa menjelaskan mengapa Muhammad memakai nama Isa bukan nama Yesus, karena sebenarnya di dalam bahasa Arab kata Jasu’u sudah ada sejak masa-masa awal di dalam buku-buku Kristen Arab sebagai persamaan untuk kata Yesus. Para imam Ortodoks mengatakan bahwa kata Isa berasal dari pengucapan Siria terhadap kata Yunani untuk Yesus. Yang lainnya mengatakan bahwa Muhammad mengubah huruf pertama dan terakhir dari kata Jasu’u di dalam bahasa Arab sehingga menjadi kata Isa. Dalam beberapa budaya di Afrika hal itu menunjukkan kutukan kepada pribadi yang dimaksud. Kamus Lisan al-Arab mengemukakan sebuah penjelasan yang sangat menarik yang mengatakan bahwa akar kata dari kata Isa (‘Ais) berarti “air mani kuda jantan” yang bisa menjadi racun mematikan dengan seketika. Kebanyakan orang Kristen Arab tidak menggunakan kata Isa dalam percakapan mereka dengan orang Muslim, sementara misionaris asing
secara berulang kali mengatakan bahwa tanpa menyebut nama Isa, maka seorang Muslim tidak akan bisa memahami bahwa mereka sedang berbicara tentang Yesus. Karena itu mereka berusaha mengisi makna dari nama Yesus di dalam Alkitab ke dalam nama Al-Qur'an Isa. Kita perlu ingat bahwa di dalam Perjanjian Baru nama Yesus muncul sebanyak 975 kali. Nama ini adalah nama yang terpenting dari segala nama dan gelar Anak Allah, dan nama yang paling sering dipakai. Sangat menarik (juga) bahwa nama “Yesus” untuk anak Maria ditentukan melalui dua bentuk wahyu (wahi) yang pertama kepada Yusuf, yang bertanggung-jawab untuk membesarkannya (Matius 1:21), dan yang kedua kepada ibunya melalui Malaikat Gabriel (Lukas 1:31; 2:21). Penghulu malaikat itu bahkan menjelaskan makna dari nama yang sangat unik itu, yang dipilih sejak
kekekalan: “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa
mereka” (Matius 1:21).
Orang-orang yang mengerti bahasa Ibrani bisa mengetahui bahwa akar kata dari nama Yesus (yod-shin-ayin) muncul sebanyak 281 di dalam Perjanjian Lama dalam hubungannya dengan nama Tuhan “YAHWEH”: 68 kali dalam bentuk kata benda yang berkaitan dengan keselamatan dan
pertolongan dari Yahweh, dan 213 kali dalam bentuk kata kerja, di mana Yahweh sendiri bertindak dan menyelamatkan. Makna dan tujuan dari nama Yesus ini sudah ditentukan sejak kekekalan, sama seperti yang dituliskan oleh seorang penulis lagu Natal: “Kristus Juruselamat telah lahir!” Kata Yunani untuk penyelamat (soter) justru, tidak hanya berarti penyelamat dari kesusahan dunia atau dari penghukuman Tuhan. Kata itu
juga merupakan gelar penghormatan untuk Kaisar Agustus dari Romawi yang dipuji sebagai penjamin dari kedamaian dunia setelah ia memantapkan kekuasaannya melalui kemenangan-kemenangannya. Malaikat Gabriel menjelaskan kepada Yusuf bahwa masalah manusia yang paling besar adalah dosa mereka. Dosa memisahkan kita dari Tuhan. Dengan demikian Yesus, Anak Domba Elohim, telah menanggung segala
dosa dunia dan memperdamaikan kita dengan Yang Maha Kudus melalui korban pendamaian-Nya di kayu Salib. Kasih-Nya mendorong Dia untuk menggenapi hukum Paskah melalui kematian-Nya untuk menggantikan kita. Darah-Nya adalah tebusan yang dibayar-Nya untuk memerdekakan kita dari dosa, Iblis, dan murka Tuhan (Surat as-Saffat 37:107). Muslim tidak memiliki gambaran mengenai kekayaan dari nama Yesus dan kedaulatan-Nya yang agung. Kita perlu berdoa meminta hikmat dan bimbingan dari Roh Kudus dalam pembicaraan kita dengan orang Muslim agar bisa menunjukkan kepada mereka makna yang penuh dari nama Yesus, sehingga Iblis akan terpaksa harus membebaskan tawanan Muslimnya, dan mereka bisa menerima pengampunan atas segala dosa mereka dengan penuh ucapan syukur, karena Yesus menggenapkan karya keselamatan-Nya bagi mereka juga (Yohanes 19:30). Mari kita mengasihi Yesus, sehingga Muslim bisa melihat Dia di dalam kelemahan kita. Kristus – Yang Diurapi Gelar Yesus yang resmi di dalam Alkitab adalah: Yang Diurapi, yang berarti Mesias atau Kristus. Gelar Yesus ini muncul sebanyak 569 kali di dalam Perjanjian Baru dan 11 kali di dalam Al-Qur'an. Kata dalam bahasa Arab al-Masih berasal dari kata “membasuh” dan “mengurapi.” Meskipun demikian, hanya sedikit saja orang Muslim yang tahu bahwa kata al-Masih berarti, “yang diurapi.”
Kita harus berusaha untuk menjelaskan kepada mereka bahwa di dalam Perjanjian Lama, para raja, imam dan nabi diurapi dengan minyak kudus sebagai tanda bahwa Tuhan perjanjian sudah memberikan kepada mereka kuasa dan kedaulatan melalui Roh Kudus-Nya untuk diperlengkapi di dalam menjalankan tugas mereka.
Yesus sendiri menjelaskan gelar kehormatan-Nya ini di Nazaret: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan…” (Lukas 4:18-19). Tidak ada yang bisa menjelaskan mengenai gelar “Kristus” ini lebih baik dari penjelasan-Nya sendiri. Dia menyatakan kesatuan dari Tritunggal yang Kudus di dalam bentuk yang ringkas sebagai “Tuhan, Roh dan Diri-Nya.” Dia
juga menjelaskan bahwa pengurapan Roh Kudus memiliki tujuan yang sangat unik: untuk memberitakan kabar baik kepada kelompok “yang terinjak”, supaya hati mereka yang hancur bisa dipulihkan. Alkitab menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah raja segala raja, imam besar yang kekal dan perwujudan dari Firman Tuhan. Ia adalah Tuhan seperti yang ditegaskan oleh Perjanjian Baru sebanyak 216 kali! Ia memiliki
segala kuasa dan kemuliaan di surga dan di bumi. Gelar “Tuhan” bagi Kristus sama sekali tidak ditemukan di dalam Al-Qur'an. Muhammad mengajarkan bahwa orang Muslim tidak akan pernah menerima manusia
menjadi Tuhan. Keilahian-Nya sepenuhnya ditolak (Surat Al 'Imran 3:64; al-Ma'ida 5:17,31; al-Tawba 9:30,31, dll.). Apakah Muslim melihat Ketuhanan-Nya dengan ketaatan iman seperti yang kita miliki? Ketiga nama dan gelar Alkitabiah: Yesus, Kristus, Tuhan, secara bersama-sama merupakan 65 persen dari penulisan nama-Nya yang disebutkan di dalam Alkitab. Orang yang bisa mengenali kedalaman dari ketiga nama Putera Tuhan, percaya dan meyakini semuanya, adalah seorang Kristen dan berhak mengulang kesaksian Yesus dalam Lukas 4:18 di dalam dirinya sendiri. Kristus – rasul Allah? Muhammad percaya pada tugas Isa yang bersifat politis dan menyebut-Nya sebagai utusan atau duta dari Allah sebanyak lima kali (Surat Al 'Imran 3:49; al-Nisa 4:157,171; al-Ma'ida 5:75; al-Saff 61:6). Ia juga menyebutkan nama-Nya beberapa kali bersama-sama dengan rasul-rasul Allah yang lainnya (Surat al-Baqara 2:87,253: al-Hadid 57:27). Seorang rasul Allah oleh Al-Qur'an dianggap lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan seorang nabi. Nabi bertanggung-jawab untuk menyatakan wahyu dari Allah secara tepat. Seorang rasul, memiliki kelebihan, yaitu untuk menegakkan semua hukum ilahi itu dengan kuasanya! Di dalam kesaksian iman mereka, Muslim mengaku bahwa Muhammad adalah seorang “utusan” Allah, dan bukan hanya sekedar seorang nabi! Musa dianggap sebagai teladan penuntun untuk Muhammad. Musa adalah
perantara antara Yahweh dengan umat-Nya, yang harus memimpin dan memerintah mereka sebagai pembuat peraturan sekaligus hakim. Muhammad memandang dirinya sendiri dan juga Isa, putera Maryam,
sebagai memiliki kuasa yang sama dengan yang dimiliki oleh Musa. Mungkin Muhammad sudah mendengar dari orang Kristen di Mekah dan Medinah bahwa Yesus di dalam Injil-Nya berbicara mengenai kerajaan Allah, kerajaan surga atau mengenai kerajaan saja secara sangat sering (sekitar 100 kali), tetapi hanya sedikit (hanya tiga kali saja) berbicara mengenai gereja-Nya! Muhammad menganggap bahwa Kristus datang sebagai seorang rasul Allah dengan tujuan untuk membangun kerajaan-Nya dengan kuasa dan kekuatan. Kata kerajaan dalam bahasa Arab diambil dari akar kata “milik” (mulk) yang berarti: “sang pencipta memiliki segala sesuatu yang diciptakannya” (Surat al-An'am 6:75; al-A'raf 7:185; al-Mu'minun 23:88; Ya Sin 36:83). Kristus datang ke dunia ini untuk mengklaim milik Tuhan dari bangsa Israel (Matius 21:33-46).
Muhammad tidak mengetahui bahwa setelah penyaliban Kristus, kenaikan-Nya dan pencurahan Roh Kudus kepada jemaat-Nya yang sedang berdoa, isi dari khotbah-khotbah para rasul mengalami perubahan yang sangat mendasar. Di dalam Kisah Para Rasul dan di dalam surat-suratnya, para rasul berbicara dua kali lebih banyak mengenai gereja daripada mengenai kerajaan! Sejak saat itu topik rencana keselamatan menjadi topik bagi “orang-orang yang terpanggil” dari antara orang Israel dan juga bangsabangsa lain. Namun klaim-Nya untuk menerima kembali segala ciptaan tidaklah menurun karena karya-Nya di dalam membangun gereja, karena Yesus sendiri mengutus hamba-hamba-Nya, yang sudah dipanggil-Nya keluar dari dunia, untuk kembali kepada dunia untuk membawa pulang semua orang yang mau mendengarkan firman-Nya. Tetapi, Muhammad menganggap tugas Kristus adalah dalam bidang keagamaan sekaligus dalam bidang militer dan politik juga. Ia tidak mengetahui bahwa Yesus pernah mengatakan: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini… Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” (Yohanes 18:36-37).Muhammad tidak memahami kebenaran ini. Ia tidak mau tunduk kepada raja ilahi Yesus Kristus dan tidak mau membuat dirinya taat kepada Tuhan. Oleh karenanya, ia menjelaskan bahwa Isa hanyalah sebagai rasul Allah yang berkaitan dengan kehidupan politik dan agama saja, seperti dirinya sendiri!
Tetapi, Yesus tidak ragu-ragu untuk menyebut diri-Nya sendiri sebagai utusan yang diutus beberapa kali menurut Injil Yohanes, tetapi Dia menegaskan bahwa “Bapa-Nya” sudah mengutus-Nya dan bukannya suatu Allah yang tidak peduli. Dengan demikian Dia secara tidak langsung menyatakan bahwa Dia adalah Anak Allah dengan kuasa yang penuh: "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satusatunya Tuhan yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3). "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yohanes 20:21).
Kristus – Putera Maryam
Muhammad dibingungkan oleh kenyataan bahwa Yesus dilahirkan dari anak dara Maria, tanpa seorang ayah. Namun ia menerima rahasia ini dan menyebut Isa Putera Maryam sebanyak 23 kali di dalam Al-Qur'an. Ia bahkan mencoba untuk membela Maria dan menegaskan bahwa ia tidak melahirkan seorang anak di luar ikatan pernikahan (Surat Al 'Imran 3:45-47; Maryam 19:16-23, dsb). Muhammad menggambarkan bahwa Jibril (Gabriel) menghembuskan roh yang dari Allah kepada Maria (Surat al-Hajj 21:91; al-Tahrim 66:12). Dengan pernyataan ini Muhammad sudah semakin dekat dengan Injil, tetapi ia membatasi perkataannya dengan membuat Jibril berkata bahwa Isa bukan diperanakkan oleh roh Allah di dalam rahim Maria tetapi hanya sekedar diciptakan. Dengan demikian Muhammad menempatkan diri dalam tempat yang berbeda dengan yang disebutkan dalam Pengakuan Iman Nicene, di mana seluruh gereja mengaku: Kristus adalah Tuhan dari Tuhan, Terang dari terang. Tuhan Sejati dari Tuhan sejati, diperanakkan, bukan diciptakan, dalam satu hakekat dengan Bapa. Muhammad menjadi roh anti Kristus dengan menyangkal keilahian Kristus (1 Yohanes 2:22-25; 4:1-5). Di dalam Al-Qur'an, kita membaca 17 kali bahwa Isa bukanlah anak Allah. Muhammad menolak ide bahwa Allah secara biologis menjadi Bapa dari Kristus di dalam rahim Maria. Semua gereja juga pasti tanpa ragu-ragu menolak ide yang demikian! Sebuah sekte Kristen di Semenanjung Arab menyebut Maryam sebagai “ibu dari Allah” dan menganggap bahwa Allah Tritunggal Yang Kudus itu terdiri dari “bapa, ibu, dan anak” (Surat al-Ma'ida 5:116). Bidat ini secara tepat ditolak oleh Muhammad! Jika kita membenarkan penolakannya terhadap pemahaman yang keliru ini tentang
kelahiran Kristus di dalam dialog kita dengan orang Muslim, ketegangan yang sangat besar di antara mereka dengan kita bisa dihilangkan.
Alkitab menjelaskan pembuahan secara rohani dari Kristus dan mengaku bahwa “Tuhan, Firman dan Roh-Nya” adalah kesatuan yang tidak bisa terpisahkan.
Penyebutan yang tidak Alkitabiah tentang Maria sebagai “bunda Allah” di kalangan Katolik dan Kristen Ortodoks membuat percakapan dengan Muslim seringkali sangat menyulitkan. Alkitab berbicara sebanyak 59 kali mengenai Anak Tuhan. Yesus juga menegaskan di dalam kalimat yang berbentuk “Akulah” sebanyak 50 kali bahwa Dia adalah Tuhan yang menyatakan diri-Nya kepada Musa di dalam belukar yang menyala (Keluaran 3:14) sebagai “Aku adalah Aku.” Di saat-saat terakhir kehidupan-Nya Yesus mengatakan dengan tegas di hadapan kelompok Sanhedrin bahwa Dia adalah Kristus, Anak Elohim yang hidup (Matius 26:63-68; Lukas 22:70). Karena pengakuan inilah Dia dihukum mati. Muhammad menolak dan bahkan membenci kesaksian bahwa Kristus “adalah Anak Allah” sampai-sampai ia mengutuk semua orang Kristen yang bersaksi dengan memohon agar Allah membunuh mereka semua (Surat al-Tawba 9:30)! Di dalam kehidupan-Nya di dunia ini, Yesus tahu bahwa semua orang yang menyebut Dia sebagai Anak Tuhan akan dianggap sebagai penghujat. Karena itu Dia bersaksi tentang diri-Nya sebanyak 80 kali sebagai Anak Manusia di dalam Injil. Dalam penggunaan nama ini Dia menunjuk kepada nubuat yang tercatat di dalam Daniel 7:13-14, di mana “anak manusia” muncul di dalam penglihatan sebagai raja yang kekal dan hakim yang ilahi. Tetapi kebanyakan orang Yahudi memahami nama ini hanya secara dangkal saja dan menganggap bahwa Yesus menyebutkan diri-Nya sebagai sekedar manusia biasa saja. Namun, Dia menggenapi pernyataan ini dengan kedaulatan ilahi-Nya. Setengah dari ayat-ayat mengenai Anak Manusia bersaksi mengenai kerendahan-Nya, kemanusiaan-Nya, kerendahan hati-Nya dan kelemahlembutan-Nya: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan ganti banyak orang.” (Matius 20:28). Dengan pernyataan ini Yesus menjungkir-balikkan semua anggapan umum. Yang terbesar harus menjadi yang terkecil, karena Raja kita sendiri menyatakan diri-Nya sebagai hamba. Orang-orang yang mengikuti Dia tidak akan menjadi tuan tetapi menjadi hamba. Setengah yang lain dari pernyataan-pernyataan-Nya mengenai Anak Manusia menyaksikan tentang kemuliaan dan kuasa-Nya yang besar ketika nanti Dia kembali sebagai hakim atas segala manusia: “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersamasama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya …” (Matius 25:31-32 dst.) Yesus adalah manusia yang sejati, dicobai sama seperti kita, tetapi tetap tidak berdosa (Ibrani 2:17-18).
Karena itulah Dia memahami apa yang dirasakan manusia dan akan menjalankan penghakiman-Nya secara
adil. Akan sangat baik bagi kita jika kita belajar metode yang sangat berguna ini dari Yesus, yang menyelubungi keilahian-Nya, dan menyatakan rahasia inkarnasi-Nya di bawah sebutan Anak Manusia. Nama ini adalah salah satu kunci untuk masuk ke dalam hati orang-orang Semit. Jika anda berbicara mengenai Anak Allah di awal percakapan anda dengan orang Muslim, maka anda akan bisa melihat bagaimana mereka akan menutup pintu bagi-Nya. Tetapi kalau anda belajar dari Yesus, anda akan menjadi bijak dan tidak akan menyangkal kebenaran. Sebaliknya, anda bisa bersaksi akan hal itu dengan kasih dan hikmat, sesuai dengan apa yang bisa diterima oleh pendengar anda. Kristus– firman Allah dalam rupa manusia Muhammad memakai beberapa sebutan, gelar dan nama Kristus di dalam Al-Qur'an, dengan tujuan untuk menarik orang-orang Kristen kepada Islam. Ia menyisipkan di antara ayat-ayatnya perkataan-perkataan dari Perjanjian Baru supaya ia dianggap sebagai nabi yang sesungguhnya. Ia ingin menarik orang-orang Kristen di Abyssinia (Etiopia) serta sebuah kelompok dari Yaman kepada dirinya dengan cara meniru kepercayaan mereka. Karena itu kita berhak menggunakan berbagai perkataan-perkataannya, yang dipinjamnya dari Alkitab, berhak mengambilnya dari dalam Al-Qur'an dan mengembalikan semuanya kepada konteks yang sebenarnya di dalam Injil, seperti mengumpulkan potongan-potongan kecil mosaik untuk dijadikan pola yang memiliki bentuk yang jelas. Ini bisa menolong orang Muslim yang mencari kebenaran, untuk menemukan jalan keselamatan mereka di dalam Kristus. Dari dalam Injil Yohanes, Muhammad empat kali mencantumkan pernyataan bahwa Kristus adalah kalimat atau firman Allah atau firman-Nya (Surat Al 'Imran 3:39,45,64; al-Nisa 4:171). Para penafsir Muslim kemudian melihat bahwa sebutan Kristus yang demikian membahaya-kan pengakuan iman Islam dan kemudian dengan cepat mengajarkan bahwa Kristus adalah firman Allah yang “diciptakan”, yang tidak mengandung kehadiran yang sesungguhnya dari Yang Maha Tinggi. Sebagai pencipta dari Kristus, Allah dianggap mengatakan: “’Jadilah’, lalu jadilah dia.” Pada saat yang sama, para penafsir Muslim menganggap bahwa Al-Qur'an (Al Imran 3:47) mengandung kehadiran Allah yang sesungguhnya, kehendak dan kuasa-Nya. Kita berhak untuk menjelaskan kepada Muslim bahwa hal yang sama sebenarnya terjadi di dalam diri Yesus. Semua kuasa penciptaan dari firman Allah, kuasa penyembuhan-Nya, otoritas pengampunan-Nya, kasih karunia penghiburan-Nya dan kuasa pembaharuan bekerja di dalam diri-Nya. Di dalam Kristus segala gelar dan karya firman Tuhan dinyatakan. Kehendak Yahweh, hikmat-Nya, murka-Nya, kasih-Nya, kasih karunia-Nya, kesabaran-Nya, semua yang dikatakan dan diperintahkan Tuhan, dijanjikan dan dilarang berinkarnasi di dalam Yesus. Di dalam Dia segala nubuat Tuhan sudah menjadi ya dan amin. Barang siapa ingin mengetahui kehendak Tuhan harus memandang kepada Yesus: Dia adalah inkarnasi dari perkenanan yang baik dari Bapa-Nya. Dia berkata:
”Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 14:10) ”Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30) Pernyataan yang sangat khusus di dalam Al-Qur'an mengenai inkarnasi firman Allah di dalam Kristus menjelaskan bahwa Kristus memanglah firman kebenaran. Kebenaran dan keadilan di sini muncul sebagai sebutan dan nama Allah, sehingga ayat itu berarti: Kristus adalah sabda Allah sendiri yang penuh dengan keadilan dan kebenaran (Surat Maryam 19:34). Namun, beberapa penafsir menyimpangkan ide yang dianggap berbahaya di dalam Islam ini dan mengatakan bahwa perkataan yang seperti itu adalah kalimat yang sifatnya rendah dan tidak memiliki kepentingan apapun. Tetapi yang benar adalah kebalikannya. Kristus tetaplah merupakan manifestasi dari kebenaran dan hukum, juga di dalam Al-Qur'an (Yohanes 14:6). Ia lebih dari sekedar nabi – Ia adalah firman Tuhan dalam rupa manusia! Pernyataan ini bisa menjadi alat yang paling kuat bagi anda dalam kesaksian anda kepada orang Muslim. Kristus – Roh dari Allah Pernyataan yang lain di dalam Al-Qur'an justru melawan dan meruntuhkan posisi para kritikus Islam yang mengatakan bahwa “Kristus tidak bersifat ilahi,” karena Dia juga disebut sebagai roh yang dari Allah (Surat al-Nisa 4:171). Pernyataan ini menjelaskan bahwa Kristus bukanlah manusia biasa saja seperti Musa dan Muhammad, tetapi inkarnasi dari roh Allah. Perkataan Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa Yang Mahamulia menghembuskan sebagian dari “Roh-Nya” kepada Maryam (Surat al-Anbiya' 21:91; at-Tahrim 66:12). Karena itu Isa dianggap sebagai Roh yang hidup dalam bentuk manusia. Dengan tubuh rohani, setelah Dia menyelesaikan pelayanan-Nya di bumi, Dia naik kembali kepada Allah. Di dalam Islam, Kristus bukan hanya sekedar manusia biasa, bukan sekedar nabi biasa seperti yang lain, tetapi Roh yang dari Allah sendiri! Dengan pernyataan ini Muhammad mengakui bahwa Isa bukan termasuk dalam golongan yang sama dengan manusia yang lain yang dilahirkan dari debu tanah. Namun, Dia adalah Anak karena Roh Allah, atau “anak rohani” dari Allah – menurut perkataan Al-Qur'an, juga! Para penafsir Islam sudah memahami kelemahan di dalam Al-Qur'an ini dan kemudian memelintirnya menjadi bermakna sebaliknya. Mereka mengatakan: Memang, Kristus adalah roh Allah yang berbentuk manusia, tetapi – hanya roh “yang diciptakan”! Suatu roh yang secara kekal mandiri dan berasal dari Allah, yang tentu saja juga bersifat ilahi, tidak diakui keberadaannya di dalam Islam. Semua roh yang dari Allah adalah roh yang diciptakan, sama seperti malaikat dan juga setan-setan, Gabriel dan Mikael. Kristus dikatakan sebagai salah satu di antara banyak roh yang diciptakan oleh Allah. Tetapi kita tahu bahwa Kristus dilahirkan dari Roh Kudus Tuhan yang kekal. Tuhan berkata kepada-Nya: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.” (Mazmur 2:7). Dan kemudian Malaikat Gabriel juga berkata kepada Maria: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Elohim Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Elohim” (Lukas 1:35). Orang Muslim bisa mengetahui fakta ini, seperti yang diakui oleh almarhum Raja Hassan II dari Maroko, di hadapan suatu sinode di Rabat, bahwa tidak ada manusia atau Ayatullah manapun yang memiliki hak untuk menyebut dirinya sebagai roh yang dari Allah (Rohullah), kecuali Isa, putera Maryam; karena hanya Dialah yang dilahirkan karena Roh yang dari Allah! Kristus tetap tidak berdosa – bahkan di dalam Al-Qur'an! Ketika menuliskan mengenai kelahiran Kristus di dalam Al-Qur'an, Jibril, yang juga dianggap sebagai roh yang dari Allah dan utusan yang menyampaikan wahyu-Nya, berjanji kepada Maryam bahwa ia akan memberikan kepadanya seorang anak laki-laki yang suci dan tidak bercela (Surat Maryam 19:19). Perkataan itu begitu menjadi bahan pemikiran bagi para penafsir. Beberapa di antara mereka secara terbuka menulis bahwa Isa dilahirkan tanpa dosa dan suci, karena Dia dilahirkan dari Roh Allah. Beberapa tradisi Muslim di jaman Muhammad kemudian mengembangkan hal ini dan mengatakan: Semua anak dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki dosa asal, tetapi Iblis mencemari bayi sejak saat pertama kali mereka dilahirkan. Ini yang dianggap sebagai penyebab mengapa setiap bayi menangis – dengan pengecualian Maryam dan Isa! Mereka dijaga dari sengat dosa Iblis karena istri Imran sudah menaruh anaknya, Maryam dan keturunannya, di bawah perlindungan yang khusus dari Allah dari gangguan
Iblis, sebelum mereka dilahirkan (Surat Al 'Imran 3:36).
0 komentar:
Posting Komentar