BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah
seksual bukan lagi merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan meskipun
dibeberapa daerah atau suku tertentu masalah seksual belum secara gamblang
diutarakan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Banyak anak-anak muda terjebak
dalam perilaku seksual yang menyimpang karena berbagai faktor. Orang tua tidak
bisa memberikan penjelasan yang benar bahkan sama sekali tidak pernah
menyinggung hal ini terhadap anak-anaknya. Hal ini menimbulkan banyak kasis
terjadi dan ketika seseorang mulai berpacaran ia mengganggap hubungan seksual
sebagai uji coba. Meskipun masalah seksual adalah masalah yang cukup tabu untuk
dibicarakan dibeberapa suku tertentu, namun
pada kenyataannya banyak yang salah mempergunakan hal ini. Dalam
keluarga Kristen, perilaku seks adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan
kepada sepasang suami dan istri untuk dinikmati dan memberikan kepuasan kepada
keduanya. Perilaku seks tidak hanya dipahami dari kepuasan fisik tetapi
memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekedar hubungan atau kepuasan secara
fisik. Hubungan intim merupakan gambaran atau representative Allah terhadap
umatNya. Oleh karena itu seks dalam keluarga harus dilakukan dengan dengan
benar sesuai dengan panggilan Allah bagi setiap pasangan.Klik Disini
BAB
II
PEMBAHASAN
Definisi Istilah
Keluarga
adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari keluarga inti yaitu ayah, ibu dan
juga anak-anak. Salah satu
pengertian dari keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara seorang laki-laki
dan seorang perempuan dalam perjanjian kasih setia membentuk suatu keluarga
yang diberkati dan dikuduskan Allah, adalah sebuah persekutuan yang menjadi
lambang persekutuan hidup antara Allah dengan umatNya sehingga orang yang hidup
dalam pernikahan dipanggil untuk memelihara
kekudusan hidup pernikahan yang dikaruniakan Allah kepadanya (I Tes 4:3-8; Ibr
13:4).[1]
Persfektif Umum/ Dunia Mengenai Seks[2]
Keperkasaan dan Kecantikan Fisik
Mereka menganggap hubungan suami istri
akan lebih baik dan lebih bahagia jika sang suami bak pangeran yang gagah
perkasa dan ganteng, sementara sang istri seperti putri yang begitu langsing,
seksi, dan cantik. Gambaran inilah yang diberikan novel-novel, berbagai cerita
film ataupun media lainnya. Namun, dalam realitasnya, keperkasaan dan
kecantikan justru menjadi bumerang dalam relasi pernikahan. Sekitar tahun
80-an, dunia dihebohkan dengan pernikahan ideal bak pernikahan negeri dongeng
antara pangeran yang begitu gagah dan putri yang begitu cantik, yaitu Pangeran
Charles dan Putri Diana. Acara pernikahannya begitu megah dan mewah, memberikan
pengharapan dan ikon kepada dunia bahwa inilah pernikahan yang paling bahagia,
dan mereka hidup "bahagia selamanya". Namun, semuanya justru berakhir
tragis. Sang Pangeran semakin lama semakin tidak sabar dan tidak nyaman dan
sang putri merasa hidup bagai di neraka. Pernikahan ini bertahan tidak lebih
dari 10 tahun. Dimulai dengan perselingkuhan, perceraian, dan bahkan diakhiri
dengan kematian tragis sang putri, serta disusul dengan pernikahan sang
pangeran dengan wanita bekas kekasihnya. Namun sebelum semua itu terjadi,
pernikahan ini memang tidak didukung oleh orang banyak karena justru dianggap
sangat tidak ideal. Akhir kisah pernikahan inilah bukti kebenaran paling nyata
dari anggapan tersebut. Demikian juga, perceraian banyak terjadi pada
pernikahan aktor ganteng dan aktris cantik. Di sisi lain, pernikahan dari
pasangan yang tidak terlalu ganteng dan tidak terlalu cantik justru berjalan
jauh lebih bahagia, lebih indah, dan lebih langgeng. Dengan demikian, gambaran
pernikahan "Cinderella" ini bukanlah gambaran yang benar secara
absolut. Namun, kita juga tidak boleh beranggapan bahwa pernikahan antara pria
ganteng dan wanita cantik, pasti akan berakhir dengan perceraian. Dalam
pernikahan, yang penting adalah apakah inti dari relasi pernikahan sudah
dikembalikan pada kebenaran firman Tuhan dan apakah pernikahan itu sudah
sungguh-sungguh mengutamakan Tuhan. Jika semua itu diperhatikan maka relasi
seiman dan sepadan akan terbentuk, dan itulah yang membawa kebahagiaan dan
kelanggengan ke dalam kehidupan rumah tangga.
Seks Adalah Penentu Kebahagiaan Keluarga
Saat ini, banyak buku tentang
pernikahan dan relasi keluarga yang sangat berorientasi pada masalah seksual.
Berangkat dari pemahaman psikoanalisa Sigmund Freud, bahwa semua masalah
kejiwaan berujung pada masalah seksual, baik pada masa kecil ataupun pada masa
kemudian, maka pada paruh kedua abad XX pergerakan pemikiran ini semakin
meluas. Hidup seolah-olah hanyalah untuk seks. Seks yang menjadi penentu
kebahagiaan keluarga. Oleh sebab itu, dunia melihat urusan seksual menjadi
begitu penting.
Mereka memberikan perhatian khusus
terhadap masalah seks melalui latihan-latihan fisik, fitnes, dan olahraga
khusus untuk seks. Mereka mementingkan penampilan fisik yang sensual. Baju yang
berpenampilan sensual, bukan hanya untuk wanita, tetapi juga pria. Model baju
ketat dan seksi dengan dua kancing teratas terbuka, seperti yang dipakai oleh
Elvis Presley, sempat menjadi tren yang sangat digandrungi pria. Yang
dipikirkan bukanlah mengenakan baju yang rapi, yang anggun, melainkan yang
seksi. Hal ini semakin menjadi-jadi pada wanita. Baju wanita semakin berani
menonjolkan bagian terbukanya yang memamerkan buah dada, belahan paha, atau
bagian tubuh lainnya. Demikian juga model rok mini yang semakin hari semakin
kekurangan kain. Semua ini karena adanya anggapan bahwa kebahagiaan dan
kehidupan pernikahan akan sangat ditentukan oleh sensualitas pasangan tersebut.
Mereka tidak mencari pasangan yang sepadan, tetapi yang seksi. Hal ini
menyebabkan pernikahan salah arah dan banyak menimbulkan masalah moral, seperti
penyelewengan, perselingkuhan, dan lain-lain. Pernikahan bukan bergantung pada
ide-ide dan gagasan empiris, melainkan harus dikembalikan kepada kebenaran
firman Tuhan.
Uji Coba Relasi
Banyak pasangan muda yang begitu
dikuasai oleh pemikiran seksual. Berbagai media memengaruhi mereka untuk
memiliki kepedulian yang berlebihan terhadap masalah fisik. Mereka beralasan
bahwa jika tidak terjadi kecocokan dalam relasi seks, maka kehidupan keluarga
mereka akan menjadi rusak. Oleh sebab itu, di tengah-tengah abad yang semakin
gila ini, banyak pasangan muda yang memutuskan untuk "mencoba"
terlebih dulu relasi seks mereka. Kalau cocok, barulah mereka maju menuju ke
jenjang pernikahan. Pemikiran ini sangat bertentangan dengan berita Alkitab.
Justru uji coba seksual ini membuat setiap pribadi memasuki pengalaman seksual
yang inklusif dan tidak eksklusif lagi. Malahan, pengalaman ini membuat
pernikahan tidak bisa berjalan baik karena setiap anggota pasangan sudah
memiliki pengalaman lebih dalam relasi seksual, yang menyebabkan mereka selalu
merasa tidak puas dan memberikan peluang untuk mencari pengalaman yang lebih
baru lagi. Inilah awal kerusakan dan pecahnya kehidupan keluarga. Alkitab
menyatakan bahwa hubungan fisik harus ditunda selama dalam relasi pacaran,
sampai nanti memasuki kehidupan pernikahan. Di saat itulah, kita boleh membuka
cadar fisik yang selama ini tertutup dan menikmatinya dengan begitu indah.
Tuhan menyediakan keindahan luar biasa bila dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pengembangan Keintiman Fisik
Telah disinggung di atas bahwa
pengembangan keintiman fisik hari ini merupakan masalah yang sangat serius.
Seorang anak kecil bisa berkata, "Wah, Andi belum pacaran dengan Ita
karena belum ciuman bibir." Betapa mengerikan jika pacaran ditandai dengan
"ciuman bibir". Inilah gambaran umum yang dipasarkan dengan sangat
luas oleh pemikiran yang berdosa pada masa kini. Sulit sekali orang Kristen
atau pendeta untuk berkata, "Kalau pacaran, jangan ciuman bibir dulu.
Boleh cium di pipi atau di kening." Maka langsung dijawab, "Wah, itu
kuno sekali." Pengembangan keintiman fisik sudah terbukti membawa masalah
seksual yang sangat serius di kalangan remaja. Begitu banyak terjadi kehamilan
remaja akibat hal yang sedemikian dianggap remeh dan biasa, "Kalau pacaran
pasti harus ciuman bibir." Ciuman bibir merupakan titik awal dari
rangsangan seksual. Ciuman bibir membawa satu pasangan, khususnya pihak wanita,
terbuai dengan rangsangan seks. Kemudian hal itu mengakibatkan kebutuhan akan
dosis yang lebih tinggi lagi. Mulai dari ciuman sedetik, lalu menjadi 5 detik,
kemudian akan menjadi bermenit-menit. Dan ketika rangsangan naik, si wanita
semakin ingin dipeluk, diraba, dan rangsangan rabaan ini akan berlanjut terus
menuju ke daerah-daerah yang sangat pribadi dan sensitif. Mungkin sebagai gadis
baik-baik, ia akan merasa bersalah, tetapi rangsangan kuat akan menelan
perasaan dan teguran itu. Ia hanya dapat berkata "Jangan," tetapi
tidak mampu melawan keinginannya. Rangsangan yang terjadi membawa dia pada
kondisi tidak berdaya, sehingga penentunya ada di pihak pria. Jika si pria kurang
ajar dan memang rusak, ia akan memanfaatkan keadaan itu untuk terus melakukan
rangsangan dan menekan pihak wanita yang akan semakin menyerah, sampai semuanya
terjadi. Setelah semua terjadi, wanita itu marah, kecewa, sedih, tetapi semua
sudah terjadi dan tidak bisa ditarik kembali. Selanjutnya, perasaan yang timbul
adalah ketakutan ditinggal oleh sang kekasih yang telah merenggut
keperawanannya. Di kemudian hari, ia akan semakin takluk jika kekasihnya
meminta hal yang lebih, sampai berakibat kehamilan yang tidak dikehendaki.
Masalah seksual bukan sesuatu yang boleh diumbar dan ditumbuhkan. Kita justru
harus menumbuhkan komunikasi yang sehat, saling pengertian, dan kerelaan
berubah demi kekasih kita. Sayangnya, hal-hal ini tidak dilakukan, sementara
hal yang tidak boleh justru dilakukan. Gejala kehidupan berdosa inilah yang
banyak memengaruhi pergaulan dan pikiran anak muda kita, termasuk anak muda
Kristen.
Seks Dalam Perspektif Alkitab
Hubungan Seks Dan Kesucian Pernikahan
Alkitab
menempatkan seks pada tempat yamng tepat, yaitu dalam perjanjian. itu berarti
tidak mendewakan seks maupun memandang rendah seks. hal ini menyisahkan misteri
bagaimana pria dan wanita secara bersama-sama dapat menjadi serupa dengan
gambar Allah: “maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut
gambar Allah diciptakannya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka”
(Kej 1:27). Allah menciptakan kita untuk berelasi. itulah alasan pertama adanya
seks “tidak baik, kalau manusia itu hidup seorang diri saja” (Kej 2:18). adam
segera menyadarinya. ia membutuhkan pasangan yang sepadan dengan dia, tetapi
sekaligus juga berbeda. laki-laki saja atau perempuan saja tidak dapat menjadi
gambar Allah yang utuh. maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya laki-laki
dan perempuan, diciptakanNya mereka.[3]
jadi, Allah menciptakan seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai gambar
dan rupa Allah karena Allah melihat bahwa manusia itu seorang diri, maka ia
menjadikan seorang penolong yang sepadan dengan dia.Iinilah pernikahan yang
sesungguhnya yang dikehendaki oleh Allah.
Kehidupan
seks dalam pernikahan merupakan hal yang penting karena kegagalan atau
kesalahan dalam hubungan seks menempati urutan ketiga sebagai penyebab keluarga
tidak berfungsi. selain itu ada banyak peringatan hukuman yang akan berlangsung
bagi mereka yang melanggar kekudusan seks ini. Hukuman-hukuman seks banyak
digambarkan dalam perjanjian lama misalnya dalam II Sam 13:13; Kej 38:6-10;
Roma 1:26-28; Matius 5:27-29. Dalam ayat-ayat tersebut banyak dijelaskan
bagaimana hukuman yang diterima oleh setiap orang yang melanggar akan kekudusan
pernikahan[4].
jelas bahwa Allah menghendaki adanya kekudusan seksual yang hanya boleh
dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sudah menikah.
Hubungan Seks Dan Dosa
Hubungan
seks diluar lembaga pernikahan adalah dosa. Allah menganggap dosa perzinahan
sebagai dosa yang paling serius dan paling berat. sejak perjanjian lama hingga
perjanjian baru, dosa seks mendapat ancaman yang sangat keras. hukuman yang
diberikan jauh lebih berat dari mencuri atau membunuh sekalipun. celakanya hari
ini seorang bisa berhubungan seks dengan lebih dari satu orang tanpa adanya
hukuman yang memadai. seharusnya hubungan ini hanya dilakukan oleh dua orang
secara eksklusif, karena hany satu pasang ini yang menjadi gambaran pernikahan.
kerusakan moral dalam pernikahan merupakan dosa yang mengaitkan hubungan antara
Allah dan umatNya.[5]
hubungan seks hanya dilakukan oleh suami dan istri pada waktu, tempat dan cara
yang benar itulah yang dikehendaki oleh Allah.
Hubungan Seks Dan Kebahagiaan Keluarga
Allah
menciptakan pernikahan untuk kebahagiaan manusia dan karena itu hubungan
seksual harus dilakukan dengan benar. jika hubungan seksual dilakukan secara
salah, maka apa yang seharusnya memberikan kebahagiaan, justru berbalik dengan
sangat menyakitkan dan menyengsarakan. keindahan suatu hubungan intim bukanlah
diukur dari banyaknya pengalaman dari keluarka tersebut tetapi hubungan seks
merupakan puncak dari relasi antara suami dan istri yang merupakan karunia
Allah bagi manusia.
Alkitab Dan Hubungan Intim
Alkitab
dengan jelas memberikan perhatian yang cukup terhadap masalah seksual agar
dapat diletakkan pada porsi yang tepat. kitab suci ingi agar hubungan seks
sungguh-sungguh bisa menjadi suatu karunia yang memberikan keindahan dan ikatan
cinta yang kokoh bagi pernikahan. pelaksanann hubungan seks yang baik akan
membuat pasangan suami istri akan semakin saling mengerti, semakin mampu berkomunikasi
dengan mendalam, dan semakin mencintai serta bergairah didalam kehidupan
pernikahannya[6]
Penyimpangan-Penyimpangan Dalam Hubungan Seks
Sebelum kejatuhan manusia ke
dalam dosa, kehidupan seks merupakan berkat Allah yang sempurna. Keadaan ini
berubah ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Memiliki keturunanharus disertai
dengan berbagai kesakitan. Hubungan antara laki-laki dan perempuan pun
mengalami perubahan. Mereka tidak lagi menjadi pasangan yang sepadan (Kej
3:16). Kerusakan ini terus berlanjut pada jaman Lamekh (Kej 4:19, 23-24), Nuh
(Kej 9:21-29), Lot (Kej 19:4-5, 30-38), bahkan sampai hari ini.[7]
Oral
Seks
Hal ini dilakukan dengan memasukkan penis ke dalam mulut untuk dihisap. Ini
sering diminta oleh suami untuk memberikan daya rangsang dan kenikmatan yang
tinggi. Ini bisa dilakukan sebelum hubungan atau sesudah hubungan. Dalam etika
kristen hal tersebut tidak dibenarkan karena Tuhan tidak menciptakan penis
ketemu mulut. Karena tempat pertemuan penis selalu di vagina.[8]
Sodomi
Dilakukan dengan memasukkan penis ke dalam anus istrinya atau anus orang
lain. Hal ini adalah dosa yang dilakukan oleh orang Sodom dan Gomora yang
dimusnahkan oleh Tuhan pada zaman Lot. Dosa ini sangat dibenci dan merupakan
kekejian bagi Allah.[9]
Onani
Hal ini merupakan dosa yang dilakukan Onan anak Yehuda (Kej.38:6-10),
dengan cara membuang air mani/sperma keluar dari vagina agar kakak iparnya
tidak berhasil memiliki keturunan dari dirinya. Onani ini berdosa karena
mencemarkan tubuhnya sendiri, menghina kekuasaan Allah dan menghujat segala
yang mulia di surga (Yud. 1:6-7).[10]
Pedoman praktis mengatasi kelemahan seksual
Kemampuan seseorang untuk
menang atas dosa memang tidak didasarkan pada kiat-kiat tertentu. Keberhasilan
itu lebih bersumber dari kekuatan Allah yang supranatural (Flp 2:12-13), tetapi
hal ini tidak berarti bahwa manusia hanya bersikap pasif saja. Keselamatan memang
monergis (hanya Allah yang bekerja), tetapi pengudusan hidup merupakan sebuah sinergi
(Ef 5:18). Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi maupun membebaskan diri dari dosa seks. [11]
§ Perubahan paradigma tentang seks, yaitu seks hanya
berlaku dalam konteks pernikahan, itu pun bukan yang terpenting dalam
pernikahan.
§ Pikiran yang dipenuhi dengan hal-hal yang mulia (Flp
4:8). Secara praktis, kita perlu menempelkan ayat-ayat Alkitab tertentu di
tempat-tempat yang strategis dan mudah kita lihat. Hal lain yang perlu
dilakukan adalah mengisi waktu luang kita dengan belajar firman Tuhan.
§ Kontrol sosial. Kita perlu memiliki partner rohani yang
bisa dipercaya sebagai tempat untuk sharing dan saling menjaga diri.
§ Disiplin diri untuk menjauhi pencobaan, misalnya tidak
berada di suatu tempat yang memungkinkan terjadinya perzinahan secara fisik.
§ Pergumulan yang intensif dan spesifik berkaitan dengan
dosa seks, sambil terus mengarahkan diri pada anugerah Allah.
BAB
III
KESIMPULAN
Hubungan
seksual merupakan salah satu bagian terpenting dari perjalanan pernikahan
pasangan suami-istri. Pembahasan mengenai seks dalam keluarga Kristen
memberikan pengajaran yang benar mengenai seks, supaya seks yang dilakukan
dalam hubungan intim antara suami dan istri tetap kudus dan berkenan di hadapan
Allah. Pasangan suami istri harus mengerti dan paham mengenai hal-hal itu.
Kekudusan merupakan hal yang terpenting dalam melakukan hubungan suami istri
secara khusus dalam pembahasan seksualitas.
Penyimpangan-penyimpangan dalam hubungan seksualitas antara suami dan
istri merupakan hal yang harus dihindari dan jangan sampe dilakukan. Sebab hal
itu merupakan kekejian bagi Allah. Oleh sebab itu penting bagi pasangan suami
istri untuk mendapatkan pengajaran yang benar. Sehingga dalam hal ini
pentingnya konseling pranikah yang matang sbelum memasuki hubungan yang lebih
lanjut.
0 komentar:
Posting Komentar